Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Makna Bunga, Dupa, Kwangen, Tirtha, dan Bija.

Umat Hindu melaksanakan persembahyangan menggunakan sarana tertentu. Sarana sembahyang diambil dari bahan yang ada di alam sekitar kita. Bunga, air, api, daun, buah dan sarana dari alam lainnya. Dari bahan dasar itulah terbentuk sarana sembahyang yang lebih lengkap seperti sesajen atau banten. Dengan berlatar seni dan budaya setempat, sesajen atau banten beraneka ragam bentuknya.

Sarana persembahyangan tersebut tidak hanya semata-mata  sebagai pelengkap persembahyangan atau sebagai pelengkap yadnya, namun sarana persembahyangan tersebut memiliki makna yang sangat mendalam, makna yang suci nirmala.

Secara umum, bunga bermakna kesucian dan keindahan, bunga digunakan sebagai sarana sembahyang dan sesajen atau banten. Air bermakna sumber kehidupan bagi semua mahkluk hidup di alam semesta ini, tanpa adanya air mahkluk hidup tidak akan ada, air digunakan untuk tirtha. Api bermakna sebagai cahaya kehidupan, simbul penerangan, api didapatkan pada nyala dupa. Buah sebagai pelambang kesuburan hasil bumi, biasanya digunakan sebagai pelengkap banten atau sesajen.

Berdasarkan bahan dasar tersebut, maka ada beberapa sarana persembahyangan, yaitu
Bunga, canang, banten, kwangen, tirtha dan bija.

Bunga, anugerah Hyang Widhi Wasa yang sangat indah. Sebagai sarana persembahyangan, bunga bermakna lambang kesucian hati dalam memuja Hyang Widhi Wasa beserta manifestasi-Nya. Maka dari itu, hendaknya mempersembahkan bunga yang baru mekar, harum baunya, tidak dimakan ulat atau binatang lainnya.
Warna-warna bunga yang umum digunakan dalam persembahyangan, yaitu:
Bunga mewarna putih, untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewa Iswara.
Bunga berwarna merah, untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewa Brahma.
Bunga berwarna hijau sebagai pengganti warna hitam, untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewa Wisnu.
Bunga berwarna kuning, untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam wujud Dewa Mahadewa.
Selain sebagai sarana pamuspaan, bunga juga digunakan sebagai canang, sesajen atau banten.

Bunga yang digunakan sebagai banten

Bunga dan buah yang digunakan sebagai banten

Bunga dan buah yang digunakan sebagai banten


Kwangen
Kwangenmelambangkan ketajaman pikiranKwangen sebagai simbul perwujudan Hyang Widhi Wasa. Beliau kita sembah dalam wujud Ista DewataKwangen juga melambangkan OngkaraLengkungan pada kojong Kwangen melambangkan ardhauang kepeng melambangkan windhu dan reringgitan melambangkan nandaPorosan yang digunakan untuk membuat kwangen adalah porosan silih-asihBagi umat Hindu, Kwangen dipakai untuk memuja Hyang Widhi Wasa dalam wujud purusa pradana atau ardha nareswari.

Dupa
Dupa adalah sejenis harum-haruman yang dibakar sehingga berbau harum dan menyala sebagai lambang agni dan berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan pemuja dengan yang dipuja.

Air yang digunakan untuk tirtha
Air/tirtha, air merupakan sarana penting dalam persembahyangan. Air yang telah disucikan

dengan puja mantra orang suci disebut tirtaDari segi manfaatnya, tirta bermanfaat untuk:

  1. Tirta yang dimanfaatkan sebagai penyucian terhadap bangunan, alat upacara dan diri sendiri disebut dengan tirta pebersihan, prayascita dan panglukatan.
  2. Tirta yang dimanfaatkan sebagai penyelesaian upacara persembahyangan, biasanya dimohon di Pura disebut dengan tirta wangsuhpada.

Beras yang digunakan untuk bija

Bija disebut juga GandaksataBija terbuat dari beras yang utuh atau tidak patah serta berbau wangi. Bija adalah lambang Kumara yaitu putra Dewa Siwa. Kumara ini adalah benih ke-Siwaan yang bersemayam di dalam diri setiap orang. Bija sebagai lambang benih kehidupan dari Hyang Widhi Wasa diharapkan kita memiliki serta mengembangkan benih-benih yang baik dalam hidup ini. Bija terbuat dari beras yang direndam air cendana, dan diberi mantra oleh Pandita atau Pinandita. Penggunaan bija ditempelkan pada kening di tengah antara kedua alis diharapkan mampu menumbuhkan pikiran yang suci dengan sinar

kebijaksanaan. Penggunaan bija pada pangkal tenggorokan diharapkan mampu memberikan kebahagiaan. Ditelan tanpa dikunyah mengharapkan kesempurnaan.


Demikianlah sedikit penjelasan mengenai makna sarana persembahyangan, semoga bermanfaat.

Posting Komentar untuk "Makna Bunga, Dupa, Kwangen, Tirtha, dan Bija."