Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kisah Watugunung Runtuh & Watak Wuku Kelahiran (Kalender Wariga Bali)


Wuku umurnya 7 hari, jumlahnya 30, berdaur ulang pada 210 hari. Kekuatan sifatnya mengalahkan wewaran, artinya apa yang dikatakan oleh wukunya dipercayai lebih tepat dari pada yang dinyatakan oleh wewaran. Pawukon kalah dengan padewasan, yaitu penanggal dan panglong.

Berikut informasi lengkap mengenai wuku:

1. Wuku Sinta
Urip 7
Pembawaan Surya, kayunya Kayu putih dan Kandayakan, burungnya Gagak dan Bango-bango, ternak Rangrangan. Gedung terkunci, lumbung kosong.
Wataknya: Keras, suka pamer. Perintahnya berawal panas, kemudian lembut. Pelindung orang sengsara, sakit dan orang pelarian. Memahami petunjuk gaib. Gemar bertapa. Bercita- cita mulia, cakap dan cekatan kerja.

2. Wuku Landep
Uripnya 1
Pembawaan Kala Wisaya, kayunya Kamedangan dan Angsana, burungnya Atat dan Merpati, ternak Tingalun, gedung tertutup, lumbung kosong.
Wataknya: Berhati terang, suka bersamadi. Perintahnya bermula keras namun kemudian halus, kasih sayang. Pelindung orang sakit dan sengsara. Rupawan, tajam ingatan, cerdas cermat kerja. Disayangi atasannya.

3. Wuku Ukir
Uripnya 4
Pembawaan Gunung, Kayunya Nagasari, dan Beringin, burungnya Sudang-sudang dan Weri, ternak Rusa.
Wataknya : Berbesar hati, berkeinginan melebihi yang lain. Baik budi pekertinya. Rupawan, sopan santun, disenangi oleh atasannya. Cerdas, cermat dan terampil pekerjaannya. Candranya gunung, sedap dipandang dari jauh.
4. Wuku Kulantir
Uripnya 6
Pembawaan Teja, Kayunya Ingas dan Randu, Burungnya Perkutut dan Serindit, ternak Rase, gedung tertutup, lumbung rusak. Gedung terbuka, lumbung tertutup.
Wataknya : Pemarah, agak kurang lurus hati, kurang cocok untuk perlindungan. Murah hati. Rejekinya tiada menentu, namun hidupnya senang di kemudian hari.

5. Wuku Tolu
Uripnya 5
Pembawaan Sangkala Gowa, kayunya Tengguh dan Walikukun, burungnya Taling dan Beranjangan, ternak Tinggili, gedung cukup, lumbung tetap.
Wataknya : Suka berpikir agar dapat menyenangkan hati orang lain. Jika marah berbahaya, sulit dicegah. Kebahagiaannya di kemudian hari. Rupawan, teliti, berpegang teguh pada adat istiadat. Suka kesunyian, baik hati.

6. Wuku Gumbreg
Uripnya 8
Pembawaan Bumi, kayunya Tengguli dan Beringin, burungnya Keker dan Gagak, ternak Macan, gedung terbuka, lumbung tertutup.
Wataknya : Keras budi, segala yang diinginkan agar segera tercapai, sulit dicegah, pengasih. Perintahnya berawal lembut namun berakhir keras. Baik bagi perlindungan keluarga, penyayang. Senang di tempat yang sunyi.

7. Wuku Wariga
Uripnya 9
Pembawaan Toya, kayunya Sulastri. burung Garuda, ternak Warak, Gedung tertutup, lumbung rusak. Wataknya : Rupawan, sering menikah, pencemburu, sering sedih, sulit dilayani. Kurang suka berkumpul dengan orang banyak, tetapi banyak orang mencintainya, agak pelupa, besar kemauannya, kurang bahagia, kendatipun banyak yang mencintainya.

8. Wuku Warigadean
Uripnya 3
Pembawaan Gandarwa, kayunya Ancak dan Cemara, burungnya Derkuku kesturi, ternak Gajah, Gedung tertutup.
Wataknya : Bercita-cita baik, berat tanggungannya. Rejekinya di belakang hari. Lemah lembut perintahnya, dihormati, keras kemauannya. Pandai mencari nafkah. Keikhlasannya setengah-setengah. Menepati perkataannya, jika marah menakutkan.

9. Wuku Julungwangi
Uripnya 7
Pembawaan Teja, kayunya Cempaka, burung Nilam, ternak Banteng. Gedung terbuka, lumbung kosong.
Wataknya : Berperasaan tinggi, tak mau dilampaui. Dicintai oleh orang banyak. Pandai berbicara dan dipercayai orang. dicintai pembesar. Segala rencana cepat tersiar kendatipun belum terwujud. Banyak yang mencintainya.

10. Wuku Sungsang
Uripnya 1
Pembawaan Sang Kala Aji, kayunya Langsat, Burung Nuri, ternak kuda, Gedung terbuka, lumbung berisi.
Wataknya : Pemarah, gelap hati, tetapi mudah dicegah. Banyak rejeki, pemboros, ikhlas tanpa perhitungan tetapi pemberiannya harus mendapat perhatian. Suka pada kepunyaan orang lain. Keras hati, tidak suka menganggur.

11. Wuku Dungulan
Uripnya 4
Pembawaan Dalang, kayunya Lotanda dan Tangan, burungnya Elang, gedung terkunci, ternak Garuda.
Wataknya : Tetap hati, dapat melegakan hati susah, cinta kebajikan, dermawan, pengasih, sekalipun rejekinya kecil. Ringan tangan agak suka pada kepunyaan orang lain. Bernafsu besar, mudah marah.

12. Wuku Kuningan
Uripnya 6, sifatnya: Pembawaan Sangkala Dengen, kayunya Kepuh dan Wijayakusuma, burungnya Kepodang dan Puwuh, ternak Koci, gedung terbuka, lumbung tertutup.
Wataknya : Berderajat tinggi, melebihi sesama, indah rupanya, teliti, menghindari keramaian, pemalu, cepat bekerjanya, mudah marah. Hemat, banyak bicaranya.

13. Wuku Langkir
Uripnya 5
Pembawaan Welaka, kayunya Ingas dan Wengkel, burungnya Celilingan, ternaknya Lembu, gedung terbuka, lumbung berisi.
Wataknya : Tidak sayang pada diri sendiri, menakutkan, adat istiadatnya kurang baik, tidak mau menuruti, pemurka, banyak larangan. Sifat-sifatnya itu mudah menular kepada yang mendekatinya.

14. Wuku Medangsia
Uripnya 8
Pembawaan Sang Pandu, kayunya Asem, burung Beletuk, ternak Duyung, gedung terkunci, lumbung tertutup.
Wataknya : Sabar, tetapi bila marah kejam. Kuat budinya, banyak mencintai sebagai pelindung. Hemat banyak rejeki. Bekerja cepat dan tak sabaran. Pelindung orang sengsara.

15. Wuku Pujut
Uripnya 9
Pembawaan Sang Mertanjala, kayunya Pule, burung Jalak, ternak Alu, Gedung berisi, lumbung berisi.
Wataknya : Suka keramaian, tersohor, mempunyai kedudukan yang lumayan. Berkemauan keras, tak suka diatasi, suka memerintah. Halus budi, banyak dikunjungi orang. Mencari rejeki ke sana ke mari, hasilnya cukup.

16. Wuku Pahang
Uripnya 3
Pembawaan Sang Ekakawi, kayunya Jalak dan Kendayakan, burung Perkutut dan Cakcak, ternak Ular, gedung terkunci, lumbung tertutup.
Wataknya : Kurang sabar, agak berlebihan dalam berkata-kata, namun menepati janji. Waspada, mudah panas hati, kasar ucapannya.

17. Wuku Krulut
Uripnya 7
Pembawaan Korawa, kayunya Kwang dan Parijata burung Lasa dan Sapahan, ternak Lubak. gedung terbuka, lumbung berisi.
Wataknya: Tajam pikiran dan hatinya melebihi yang lain, kuat mencipta, berhati-hati. Awal pembicaraan kalah namun akhirnya menang cocok jadi pelindung. Jujur, sedikit bicaranya, berhati suci.

18. Wuku Merakih
Uripnya 1
Pembawaan Sang Rama, kayunya Kemiri dan Tengguli, burung Merak, ternak Macan, gedung terbuka, lumbung kosong.
Wataknya : Kuat ingatan, tawakal, merasa kasihan kepada orang miskin. Sanggup kerja, berani menghadapi kesulitan. Cepat mencapai kesenangan.

19. Wuku Tambir
Uripnya 4
Pembawaan Buta, kayunya Upas dan Kawih, burung Bintil dan Perenjak, ternak Banteng, gedung terbuka, lumbung berisi.
Wataknya : Tidak sama lahir batinnya, panas perkataannya, suka berbuat yang mengherankan, tahu petunjuk gaib, tidak bisa kaya, hanya berkecukupan. Semua kata-katanya dihargai.

20. Wuku Medangkungan
Uripnya 6
Pembawaan sang Mandala, kayunya Kroya dan Pelasa, burung Kepodang dan Pelung, ternak Menjangan, gedung tertutup, lumbung cukup.
Wataknya ; Ahli berbicara, tawakal, tetap hatinya, suka di tempat-tempat sunyi. Membanggakan kekayaannya, hemat, jujur. Menepati perkataannya sehingga menyenangkan.

21. Wuku Matal
Uripnya 5
Pembawaan Mantri, kayunya Maja dan Nagasari, burung Keker, ternak Macan, gedung terbuka, lumbung bocor.
Wataknya : Lurus hati, cakap bekerja. Rupawan, lemah lembut tutur katanya. Disenangi pembesar. Banyak tanda-tanda akan bahagia. Suka di tempat sunyi. Kaya harta benda, dihormati. Luas pandangan dalam pemikirannya

22. Wuku Uye
Uripnya 8
Pembawaan Wayang, kayunya Lontar dan Pisang, burung Gagak, ternak Buaya, gedung terbuka, lumbung bocor.
Wataknya : Kata-katanya lurus, mengherankan, mudah tersinggung tetapi sebentar, dapat menyenangkan hati orang lain. Waspada, tajam hatinya, kuat pendirian, panjang umur, tanda akan memperoleh kebahagiaan, tidak suka keramaian

23. Wuku Menail
Uripnya 9
Pembawaan Anoman, kayunya Manis dan Tigaron, burung Manyar dan Sepahan, ternak Naga, gedung terbuka, lumbung terbuka.
Wataknya : Suka menjunjung diri, selalu berusaha membela diri, bisa berkumpul di tempat ramai, agak angkuh, harum perintahnya tetapi tiada bermutu. Waspada. Tajam perkiraannya. Sabar terhadap kemauannya. Tidak suka menganggur, merindukan kemajuan

24. Wuku Perangbakat
Uripnya 3
Pembawaan Prabu, kayu Plasa dan Lirisan, burung Pracuk dan Urang-urang, ternak kerbau, gedung terbuka, lumbung terbakar.
Wataknya : Berkehendak jadi pemimpin perang, pemberani, tangkas, jujur, tak ada yang dirasa sukar dalam tugasnya, pemarah, pemalu. Perintahnya diawali dengan dingin tetapi akhirnya panas. Tetap pikiran, panjang umur, cukup rejeki

25. Wuku Bala
Uripnya 7
Pembawaan Lembu. kayu Cemara dan Ambulu, burung Beluk dan Keker, ternak Lembu, gedung tertutup, lumbung bolong (bocor).
Wataknya : Agak suka membuat kericuhan, jahil, membuat takut yang mendengarnya, tak ada yang ditakuti, pandai berbuat yang kurang terpuji. Lemah lembut perintahnya, dihormati, disukai pembesar. Banyak tanda-tanda mendapat bahagia.

26. Wuku Ugu
Uripnya 1
Pembawaan Prasiwaka, kayu Bunut dan Rangda, burung Gagak dan Kepodang, ternak Gajah, gedung terbuka, lumbung tertutup.
Wataknya : Baik Budi. banyak akal, lekas mengerti. Banyak rejeki, tidak suka berkumpul, hemat, pendiam, susah diperintah. mementingkan diri sendiri, romantis, agak pencemburu. terpelajar

27. Wuku Wayang
Uripnya 4
 
Pembawaan Jaya, kayu Cempaka dan Wedi, burung Keker dan Siyung, ternak Wiyung, gedung terkunci, lumbung berisi.
Wataknya : Halus perintahnya bermula mudah berakhir sulit, teliti, bakti, banyak rejeki, disenangi oleh orang banyak Pemberiannya suka diperlihatkan. Agak angkuh, namun disenangi pembesar. Suka di tempat sunyi. Rahayu dan banyak ilmu pengetahuan

28. Wuku Klawu
Uripnya 6, sifatnya: Pembawaan Sangkara, kayu Lontar dan Kwang, burung Nuri dan Kalilingan, ternak Kuwuk, gedung terbuka, lumbung bocor.
Wataknya : Kuat budi, besar harapan, umur panjang, pilihannya dicapai kemudian, agak suka pamer, halus perintahnya. Waktu kecil miskin namun kemudian banyak rejeki dan kebahagiaan, pandai menyenangkan orang, pengarang, sosial

29. Wuku Dukut
Uripnya 5
Pembawaan Purusa, kayu Kapal dan Pandanwangi, burung Keker, gedung terkunci, lumbung ijuk.
Wataknya : Rupawan agak penakut, besar harapan, tinggi budi, keras hati, waspada, tajam pikiran, agak serakah. Suka bergurau, setia, cakap, pemberani, disukai atasannya, agak terburu nafsu, pengarang, mudah marah bila tersinggung perasaannya.

30. Wuku Watugunung
Uripnya 8, sifatnya: Pembawaan Brahma, kayunya Ceroring dan Wijayakusuma, burung Gagak dan Jikutuk, ternak Singa, gedung terkunci, lumbung tertutup.
Wataknya : Hatinya terang, tetapi tanpa cahaya, suka bertapa. Jika jadi pendeta sangat dihormati. Penyelidik, tinggi budi, agak angkuh, teliti, cemburu. Gemar samadi demi keselamatan dan ketentraman hati.


Kisah Sang Watugunung Hingga Munculnya Hari Suci Saraswati

Hari Raya Saraswati diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan. Bagi umat Hindu di Bali, ternyata Hari Raya Saraswati berhubungan erat dengan cerita seorang anak yang jatuh cinta kepada ibu kandungnya bernama I Watugunung.


Mitologi I Watugunung juga tertulis dalam lontar Medang Kemulan. Dikisahkan jika Watugunung dilahirkan di puncak Gunung Semeru oleh Dewi Sintakasih yang merupakan permaisuri Kerajaan Kundadwipa. Saat hamil besar, Dewi Sintakasih berniat menemui suaminya yang sedang bertapa di Puncak Gunung Semeru. Namun dalam perjalanan sang dewi melahirkan seorang anak laki-laki. Saat lahir anak itu terjatuh di atas batu. Bukannya terluka, malah batunya terbelah menjadi dua bagian. Dewi Sintakasih lantas kaget dan tercengang.


Ditengah kebingungan itu, tiba-tiba muncul Dewa Brahma. Karena dilahirkan di atas batu yang berlokasi di gunung, kemudian sang dewa memberi nama bayi ajaib itu I Watugunug. Dewa Brahma bersabda, kelak Watugunung akan menjadi seseorang yang sakti dan terkenal. Dia tidak akan mati terbunuh oleh Dewa, Detya, Denawa, Asura, maupun manusia. Tapi, Watugunung dapat dikalahkan dan dibunuh oleh Dewa Wisnu yang berwujud sebagai kura-kura (Kurma).


Singkat cerita, karena tidak berhasil menemukan suaminya, Dewi Sintakasih lantas membesarkan Watugunung di salah satu kerajaan bernama Sinta. Seiring berjalanya waktu, Watugunung tumbuh semakin besar. Selain nakal, dia juga sangat kuat makan hingga ibunya Dewi Sintakasih kewalahan. Karena emosi, ibunya memukul kepala Watugunung dengan sedok nasi hingga berdarah. Watugunung lantas pergi dari istana meninggalkan ibunya. Setelah beranjak dewasa Watugunung menjadi seorang yang jahat suka merampok dan mendirikan kerajaan bernama Watugunung.


Dengan kesaktiannya itu Watugunung mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan lainnya seperti, Kerajaan Landep, Ukir, Kulantir sampai dua puluh sembilan kerajaan termasuk kerajaan Sinta. Karena sama-sama tidak mengetahui diantara Ibu dan Anak, maka diambillah Sang Dewi Sinta sebagai istri oleh Watugunung. Lama-kelamaan Sang Dewi Sinta mengetahui bahwa, suaminya itu adalah anaknya sendiri, tercenganglah hatinya Dewi Sinta, kemudian Dewi Sinta membuat daya upaya agar bisa berpisah dengan anaknya maka Dewi Sinta mengaku telah mengalami proses ngidam, dan yang diidamkan adalah agar Watugunung mau melamar istri Bethara Wisnu, serta menyuntingnya sebagai istri Watugunung.


Tidak lama kemudian Watugunung pergi ke Wisnu Loka, untuk memohon kehadapan Bethara Wisnu agar diperkenankan menyunting istrinya beliau dengan alasan bahwa istrinya, yakni Dewi Sinta sedang ngidam dan mengidamkan istri Bethara Wisnu sebagai madunya. Akhirnya Bethara Wisnu menjadi murka, maka terjadilah peperangan yang hebat antara Watugunung dengan Bethara Wisnu, kelihatan dalam peperangan tersebut tidak ada yang kalah, sama-sama saktinya.


Kemudian Bhatara Wisnu memohon petunjuk kepada Bagawan Sukra, bagaimana cara mengalahkan Watugunung, oleh karena demikian, Begawan Sukra mengutus muridnya yang bernama Begawan LUMANGLANG, untuk mengintai percakapan Watugunung dengan istrinya tentang siapa yang dapat mengalahkan dirinya.


Selanjutnya Begawan Lumanglang melaksanakan tugas dengan merubah dirinya menjadi seekor laba-laba. Akhirnya Begawan Lumanglang mendapatkan rahasia kelemahan Watugunung bahwa, dia dapat dikalahkan oleh kekuatan Wisnu dengan bentuk seekor. “KURMA” ( Penyu ). Dengan demikian datanglah Begawan Lumanglang kehadapan Bethara Wisnu untuk melaporkan hasil intaiannya.


Akhirnya Bethara Wisnu menantang lagi Watugunung untuk berperang lagi, dan dikisahkan dalam peperangan tersebut Bethara Wisnu berubah menjadi seekor KURMA, maka rubuhlah Watugunung dan jatuh ke bumi pada hari, MINGGU,KLIWON,WUKU WATUGUNUNG, disebutlah hari “Watugunung Runtuh” atau Kajeng Kliwon Pemelas Tali.


Watugunung mengaku kalah kepada Bathara Wisnu, dan dia memohon kehadapan Bathara Wisnu bahwa kalau dia jatuh di tengah samudra, mohon diberikan matahari terik agar dia tidak kedinginan, dan bila dia jatuh didaratan, mohon diberikan hujan agar dia tidak kepanasan. Berdasarkan isi Epos tersebut maka para orang tua semeton Rare Angon Nak Bali sejak dahulu kala memberikan pengetahuan Agama bahwa kalau pada Wuku Watugunung tidak ada hujan berarti Watugunung jatuh ditengah Samudra, demikian sebaliknya.


Hari Kajeng Kliwon Pamelastali juga diambil dari cerita Watugunung. Di mana, Watugunung sebagai orang yang sakti, namun tidak memiliki kepintaran. Hal inilah yang menjadi awal dari urutan Hari Suci Saraswati yang diyakini sebgai hari turunnya ilmu pengetahuan. Dalam hal ini, yang mampu memerangi kebodohan adalah ilmu pengetahuan.


Dijelaskan Satria, Pamelas artinya melepaskan, dan tali memiliki arti sarana mengikat. Jadi, Pamelastali memiliki makna melepaskan ikatan. Ikatan apa yang dilepas? Yaitu ikatan kebodohan dan sifat buruk dari Watugunung.


Nah, setelah Watugunung kalah dalam peperangan dengan Dewa Wisnu, keesokan harinya ia menjadi mayat atau orang Bali menyebutnya dengan watang. Sehingga, hari Senin setelah Watugunung Runtuh dinamakan Soma Candung Watang. Hari itu untuk memperingati bahwa Watugunung telah mati dan menjadi mayat.


Sedangkan keesokan harinya, mayat Watugunung diseret atau bahasa balinya dipaid oleh Dewa Wisnu, sehingga pada hari Selasa disebut sebagai hari Anggara Paid-paidan. Pada saat Watugunung diseret oleh Dewa Wisnu, ditemukanlah oleh Bhagawan Boda. Atas permohonan Bhagawan Boda, Dewa Wisnu mengizinkan agar Watugunung dihidupkan kembali. Oleh karena itu, pada hari Rabu dikenal dengan sebutan Budha Urip.


Setelah hidup kembali, Watugunung metegtegan (istirahat sejenak) terlebih dahulu, bagaimana halnya seperti orang baru bangun. Sehingga hari itu dinamakan hari Wraspati Panegtegan. Setelah itu, pada hari Jumat, Watugunung menyadari bahwa apa yang dilakukan adalah sebuah kesalahan yang besar, sehingga ia harus memohon kepada Tuhan agar diberikan pengampunan. Dan, hari itu dikenal dengan sebutan Sukra Pangredanan.


Selanjutnya, puncak dari Wuku Watugunung adalah hari suci Saraswati, pada hari itu diyakini sebagai hari turunnya ilmu pengetahuan yang dapat mengalahkan kebodohan. Jadi, pada hari Minggu yang merupakan awal wuku Watugunung hendaknya kita melepaskan ikatan atau sifat buruk Watugunung, dan pada akhir wuku Watugunung kita memuja Tuhan sebagai anugerah atas ilmu pengetahuan.

Posting Komentar untuk "Kisah Watugunung Runtuh & Watak Wuku Kelahiran (Kalender Wariga Bali)"